Purwokerto – Komisi Pemilihan Umum Pesantren (KPU-P 2020) Pondok Pesantren Darussalam (21/11) menggelar rangkaian PEMIRSA (Pemilihan Raya Darussalam) yang ke tiga yaitu Debat Calon Ketua Pondok. Acara berlangsung dengan khidmat dan meriah.
Azzam Prasojo selaku moderator yang memandu jalannya debat mengatakan tugasnya yaitu mengatur jalannya debat agar tetap dalam koridor yang tepat. Acara dibawa dengan santai namun tetap serius dan tertib. Sebelum dimulai, peserta debat yakni calon ketua pondok menyerukan jargonnya yang berbunyi “Calur? Siap tempur, pantang mundur, tetap akur”. Meskipun menggunakan sistem demokrasi pada umumnya tetapi hal yang membedakan dari pemilu pesantren yaitu kedamaian untuk tidak saling menjatuhkan satu sama lain.
Acara ini terdiri atas lima sesi yaitu sesi selayang pandang, sesi pertanyaan studi kasus, sesi jajak pendapat, sesi santri bertanya calur menjawab, dan sesi terakhir yaitu sesi astatidz bertanya calur menjawab. Calon ketua pondok atau yang sering disebut calon lurah mampu melewati semua sesi dengan lancar. Kandidat yang semuanya sedang menempuh semester tujuh ini merelakan tugas skripsinya sedikit terganggu demi mengabdikan dirinya kepada Pondok Pesantren. Mereka memahami bahwa keberkahan akan mengalir ketika ikhlas berkhidmat kepada pondok dan Kyai.
Seperti dalam sambutan pada rangkaian sebelumnya (31/10), Ustadz Enjang Burhanudin Yusuf, M.Pd mengatakan bahwa hakikat demokrasi sesungguhnya ada di Pondok Pesantren “Mari para santri agar mengikuti pesta demokrasi ini sebagai jalan untuk menyuarakan warna Darussalam ke depan. Hakikat demokrasi yang sesungguhnya hanya bisa kita temukan di Pondok Pesantren dalam rangka pemilihan ketua pondok. Jika di pemerintahan semua orang berebut kursi dan banyak dari mereka yang menghalalkan segala cara agar dirinya bisa menduduki jabatan yang didambakannya, maka santri menolaknya jika dirinya ditunjuk sebagai calon kandidat ketua pondok. Bukan apa-apa, karena mereka para santri menyadari betul amanah pemimpin adalah bukan perkara yang mudah. Ketahuilah bahwa seorang pemimpin harus menjadi uswatun hasanah, karena setelah menjadi lurah pondok kamu akan sangat diperhatikan oleh santri. Jika dipahami, khidmat adalah demokrasi yang sesungguhnya yang tidak bisa ditemukan di luar pondok.” jelasnya. Beliau juga menceritakan pengalamannya sebagai lurah pondok dan ketua madrasah diniyah saat mondok agar menjadi motivasi untuk para santri khususnya pengurus dalam mengabdi.
Kemudian beliau melanjutkan sambutannya dan menegaskan kembali bahwa orang-orang di luar sana perlu belajar berdemokrasi seperti di pesantren “Jika kalian diamanahi untuk memegang kepemiminan maka ambillah, harus diterima. Karena dengan kamu mengambil amanah tersebut sama saja menggugurkan kesempatan orang yang lebih besar kedzalimannya ketika menempati kedudukan tersebut. Sekali lagi, bahwa hakikat demokrasi yang sesungguhnya hanya ditemukan di pondok pesantren. Ketika pesta demokrasi diluar sana saling salah menyalahkan maka di pondok saling mendukung satu sama lain.”
Dalam semua sesi calur meyakinkan visi misi, program unggulan masing-masing, dan solusi bagi permasalahan yang ada. Diantaranya mereka akan membuat program unggulan seperti pengembangan SDM santri sesuai passion, sekolah literasi, program KKN santri, sistem kelola berbasis evaluative, apresiatif, edukatif serta program unggulan lainnya.
Setelah semua sesi terlewati dengan mulus tanpa kendala, acara langsung ditutup dengan closing statement dari Ustadz Enjang Burhanudin Yusuf, M.Pd atau yang kerap disapa Gus Enjang “Salah satu Gus yang melihat live streaming youtube kita berkomentar katanya seperti pilkada, lalu saya jawab seperti pilpres. Setuju dengan organisasi pesantren yang khas, berbeda dengan yang lain seperti di kampus atau yang lainnya. Karena ruh yang digelorakan berbeda, di pesantren meski dipilih secara demokratis namun menyadari akan tulus ikhlas karena Allah dan mengabdi kepada pesantren. Tidak ada derajat lain selain mengabdi dengan ikhlas, maka niat ini harus ditanamkan semenjak pertama kali melangkah ketika baru menjadi calon hingga demisioner. Landasan wajib dipakai maka saya yakin tantangan masalah akan sangat mudah dicari solusinya. Dimasyarakat permasalahan bisa menjadi berlarut-larut karena belum lillah tapi karena li-li yang lain, berdasar hawa napsu, keinginan diakui, dianggap hebat, dan lain sebagaianya. Tapi jika diniati khidmat kepada ulama, ilmu, dan pesantren maka yakin sesulit apa pun akan indah lalui bersama. Mari semua berpartisipasi menyukseskan permisa 20, pilihlah dari sekian pandawa ini yg terbaik menurut kecenderungan pilihan hati. Saya yakin siapapun yang terpilih Darussalam akan tetap maju. Ayo tanggal 12 desember semua memilih untuk mensukseskan Pemirsa 20. Siapapun pilihanmu insyaallah keluarga ndalem siap mendukung. Baik mendukung seluruh program rutin, insidental, maupun pengembangan. Darussalam memang beda, almarghfullah Abah Kyai Dr. Chariri Shofa, M.Ag sering berkata Darussalam santri lokal tapi gaya berpikirnya internasional. Megang alfiyah, tapi megang kamera juga bisa.” Kemudian beliau menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bersemangat menyelenggarakan acara tersebut. Harapannya kedepan menghasilkan lurah yang berkualitas, kepengurusan dapat berjalan, dan iklas karena Allah swt.
Pewarta : Yesi Dyah