Komisi Pemilihan Umum Pondok (KPU-P) 2022 adakan Pelantikan Pengurus Badan Eksekutif Santri Pondok Pesantren Darussalam di Pendopo Dr. K.H. Chariri Shofa, M.Ag.
Acara ini merupakan rangkaian terakhir dari PEMIRSA (Pemilihan Raya Darussalam) 2022 setelah diselesaikannya beberapa rangkaian yang meliputi Sosialisasi Pemirsa, Orasi Calon Ketua Pondok, Debat Calon Ketua Pondok, Musyawarah Santri, dan Pemilihan Umum Ketua Pondok.

Pemirsa (Pemilihan Raya Darussalam) 2022 mengusung tema “Demokratisasi Pesantren Fondasi Etika Politik Santri Membangun Darussalam Disiplin Mandiri” memiliki jargon “Politik Sehat, Darussalam Bermartabat” untuk nantinya memilih Pengurus Badan Eksekutif Santri Pondok pesantren Darussalam.
Jargon tersebut merupakan bukti nyata bahwa politik pesantren merupakan politik sehat yang bersih dari segala kecurangan. Seperti yang disampaikan oleh Ust. Dr. Enjang Burhanudin Yusuf, S.S., M.Pd.

Saat sambutan Perhitungan Suara bahwa santri cenderung berat ketika menerima jabatan karena mereka tau bahwa mengemban amanah adalah sesuatu yang tidak mudah.
Tiga poin penting yang disampaikan oleh demisioner ketua pondok (Misbahudin Anahdi) kepada ketua baru Azam Prasojo Kadar dan Evaliya Isni Alhidayah “Tiga poin yang saya tekankan kepada Mas Azam dan Mba Eva agar periode kepengurusan nanti harus menanamkan jiwa yg responsif, menciptakan kinerja yang kolaboratif, dan membentuk pengabdian yang serius dan selektif”.
Baca Juga : Halaqah Fiqih Peradaban
Misbahudin, juga berpesan kepada semua santri bahwa ketika kita ridho terhadap sesuatu, berarti ridho juga terhadap dampak yang muncul dari sesuatu tersebut. Artinya, ketika sudah memilih seseorang untuk menjadi ketua maka harus senantiasa mendukungnya.
Dalam sambutannya, ketua pondok baru (Azam Prsojo Kadar) memohon dukungan dan bimbingan kepada pengasuh, dewan asatidz, pengurus, dan semua santri. Azam Prasojo mengusung kabinet “Darussalam Berkolaborasi” pada periode kepengurusannya.
Kolaborasi yang dimaksud adalah dalam menjalankan kepengurusannya akan berkolaborasi dengan semua entitas Darussalam baik pengasuh, pembina, dan pengurus lembaga yang ada.
Ust. Shofiyulloh, S.H.I., M.H.I beramanat bahwa kita harus berkhidmat dg lebih luas. Jabatan di pondok merupakan suatu khidmat bukan politik. Kita berkhidmat agar lebih bermanfaat dan bermaslahat dg menjadi pengurus.
Diharapkan santri dapat maju lebih jauh dengan berdasar pada niat untuk berkhidmat, sebagai contoh wapres Prof. Dr. (HC) K.H. Maruf Amin tidak cukup menjadi ketua PBNU karena hanya bermanfaat bagi warga NU saja, tidak cukup menjadi ketua MUI karena hanya bermanfaat bagi umat Islam saja, tetapi beliau maju menjadi wakil presiden agar dapat bermanfaat bagi Indonesia.Acara berlangsung dengan khidmat dan meriah.
Editor: Aiko Luis Antonio