Tren Positif Kegiatan Ekstrakurikuler dan Komunitas di Pesantren Darussalam

Sebagai lembaga pendidikan islam yang memadukan konsep salaf dan modern, tentu pondok pesantren Darussalam, Dukuhwaluh, Purwokerto mempunyai berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik yang rutin dilakukan. Kegiatan santri tidak terbatas hanya mengaji kitab-kitab salaf tanpa mempelajari bidang-bidang lain dalam kehidupan. Hal tersebut  juga didukung fakta bahwa para santri di pesantren Darussalam berasal dari latar belakang pendidikan formal dengan bidang keilmuan yang beragam. Jika potensi keberagaman ini terus dikembangkan dengan baik maka predikat pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang kolot sudah tidak layak lagi disandang. Justru saat ini pesantren menjadi pusat pendidikan karakter muslim Indonesia yang tidak hanya cakap dalam keilmuan, namun juga kuat dalam spiritual. Sejalan dengan kondisi tersebut, Muhammad Fajar selaku lurah pesantren Darussalam masa khidmah 2020/2021 mencanangkan program kerja unggulan di bidang pengembangan kualitas sumberdaya manusia melalui optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler dan komunitas. Dalam banyak kesempatan, Gus Enjang Burhanudin Yusuf S.S., M.Pd selaku dewan pengasuh juga menekankan bahwa santri tidak boleh hanya pandai mengaji saja, namun juga harus menguasai berbagai bidang dalam kehidupan seperti pertanian, teknologi digital, dan sebagainya.

Saat ini setidaknya terdapat enam ekstrakurikuler dan enam komunitas aktif yang berada di bawah naungan Departemen Pengembangan Sumberdaya Santri (PSDS). Ekstrakurikuler yang dapat diikuti santri yaitu pencak silat Pagar Nusa, olahraga, hadroh, tilawah, tari saman, dan melukis (kaligrafi). Sedangkan komunitas yang ada yaitu teater, kepenulisan, santri tani, santri ternak, vokal dan musik, serta Komunitas Pemikir Kekinian (Kopinian). Seluruh ekstrakurikuler dan komunitas dibentuk berdasarkan usulan dan kebutuhan dari para santri. Perbedaan antara ekstrakurikuler dan komunitas terletak pada kegiatan latihan yang dilakukan. Ekstrakurikuler cenderung membutuhkan latihan secara intensif dan ketat sedangkan komunitas dalam pelaksanaannya lebih fleksibel namun juga tetap terorganisir.

Baca Juga : Sholat Dhuha

Tren positif kegiatan ekstrakurikuler dan komunitas ini dibuktikan dengan meningkatnya antusiasme santri untuk bergabung dan berkontribusi aktif di dalamnya. Beberapa ekstrakurikuler juga sudah mulai aktif dan melakukan temu perdana untuk membahas pembentukan struktur dan rencana kegiatan ke depannya. Ini adalah berita baik selama santri tetap mampu menjaga keseimbangan antara mengaji, jamaah, dan juga hobi. Jangan sampai santri melupakan tugas utamanya sebagai santri. Sebab pada suatu kesempatan, Almagfhurlah KH. Chariri Shofa (muassis Pesantren Darussalam) pun pernah menyampaikan petuah yang relevan dengan hal ini, “Hidup ini memang perlu agama, ilmu pengetahuan, dan seni. Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah.”            

Kelak ketika santri sudah terjun di masyarakat, skill yang diperoleh selama di pesantren diharapkan bisa menjadi bekal yang dapat membawa manfaat luas sekaligus menjadi sumber penghidupan. Bahkan para kiai di kalangan pesantren pun sering memberikan nasehat kepada santrinya untuk tidak mengharapkan imbalan ketika berdakwah di masyarakat. Semua usaha dakwah dilandasi dengan niat tulus pengabdian semata. Oleh karena itu peran pengembangan keahlian santri menjadi hal yang nyaris mutlak dilakukan. Apalagi di era yang sangat dinamis ini, perubahan berjalan sangat cepat dan radikal. Maka siapa saja yang tidak mampu menyesuaikan diri dan mengasah keahliannya akan mudah tersingkirkan dari peradaban.  

Penulis : Agung Prasetyo

Postingan Terkait

Tinggalkan komentar